Warung Jeruk di Km. 13 Ciamis - Banjar
Setiap
pergi ke suatu daerah aku seperti harus makan di warung atau rumah
makan setempat. Aku termasuk orang yang jarang sekali makan di luar
rumah. Aku lebih senang makan masakan istri tercinta daripada masakan
warung. Makanya, pengalaman makan di warung/rumah makan adalah
pengalaman langka sekali. Ketika jalan-jalan ke Ciamis-Banjar aku makan
khas sunda yang nikmat sekali. Aku asli orang Jawa. Lidahku biasa makan
masakan yang manis-manis. Waktu pertama kali aku ke tanah sunda, lidahku
kaget juga makan-makanan khas sunda. Pertama, makanan sunda asin
banget. "Apa garamnya orang sunda dengan garamnya orang jawa beda? Kok
asin begini", pikirku. Kedua, lalapannya. Segala macam daun di makan
oleh orang sunda. Ibaratnya semua macam daun bisa dimakan oleh orang
sunda. Daun pintu dan daun jendela kalau lunak akan dimakan juga :).
Tetapi sejalan dengan sang waktu, lidahku mulai menyesuaikan dengan
masakan sunda. Sekarang aku suka makan lalapan khas sunda ini. Banyak
daun yang aku suka, ada pokpohan, labu muda, kacang, dan daun-daun
lainnya. Oleh karena itu ketika jalan-jalan ke Ciamis ini aku memilih
makan di warung sunda.
Siap makan di warung jeruk. Mobil jalan pelan-pelan untuk mencari
warung yang buka. Kami tidak tahu daerah ini, jadi makan di warung mana
saja. Akhirnya pilihan kami jatuh pada sebuah warung di pinggir kota
ciamis, tepatnya di Km. 13 ke arah Banjar. Warung Jeruk
nama warung itu. Warungnya biasa-biasa saja seperti layaknya warung
sunda. Masakannya juga biasa-biasa saja, ada pepes, ayam goreng, lalapan
dan lain-lain. Waktu itu masih pagi, sekitar jam 6.30. Jadi ini sarapan
pagi. Kami memesan ayam goreng. Di meja disediakan lalapan dan sambel.
Lalapan yang ada seperti daun pokpohan, kacang panjang, terong muda,
lenca, selada, daun seperti seledri, temu kunci, dan ada satu daun yang
baru pertama kali ini aku temui. Tidak ada yang istimewa, seperti
layaknya warung sunda pada umumnya. Ketika aku mulai makan baru
keistimewaan warung ini terkuak.
Lalapan-lalapan mengundang selera Pertama, adalah sambelnya. Memang
yang membuat beda antar warung sunda adalah sambelnya. Sambelnya
demikian khas, rasanya agak manis. Mungkin karena sudah dekat dengan
jawa tengah jadi ikut-ikutan manis. Sambelnya sambel segar. Ada campuran
tomat, cabe merah,dan cabe rawit. Trus seperti ada aroma terasinya.
Sulit aku ceritakan rasanya. Air liurku sampai keluar lagi waktu aku
menulis artikel ini.
Sambel yang super nikmat. Lalu ayam gorengnya. Dari rasanya, ayam ini
jelas bukan ayam ras, tapi ayak kampung yang masih agak muda. Rasanya
lunak dan gurih. Ayam kampung goreng plus sambel enak, klop deh.....
Makan rasanya tidak lengkap kalau tanpa lalapan. Aku suka dengan lenca,
kacang, pokpohan, dan selada. Nikmat baget deh. Satu yang agak asing
bagiku, yaitu salah satu daun lalapannya. Daun ini baru pertama kali aku
temui. Aku jadi penasaran untuk mencobanya. Bentuk daun ini panjang
meruncing, permukaannya kasar, pinggirnya lurus. Rasanya benar-benar
aneh. Kasap begitu. Tetapi tidak pahit atau 'langu'. Aku tanya pada
pemilik warung, nama daun ini. Katanya daun ini adalah daun kadeundeun.
Berkhasiat untuk orang yang sedang sakit batuk, tambahnya lagi.
Daun kadeundeun, lalapan yang baru pertama kali aku makan. Ketika
pulang kembali ke Bogor, aku sempatkan lagi makan malam di warung ini.
Masih agak sore, sekitar jam 20.00 tetapi warungnya sudah mau tutup.
'Seep', katanya. Tetapi kami memaksakan diri untuk makan di warung itu.
Makanan yang masih tersisa hanya dendeng dan ikat gabus. Tidak apalah,
asalkan masih ada sambel cobek yang nikmat itu.
Pemilik dan pelayan warung yang ramah dan seuseurian. Kalau kebetulan
Anda lewat daerah Ciamis - Banjar, tidak ada salahnya mencoba makan di
warung ini.