Kamis, 13 Agustus 2015

Catatan Kuliner: Warung Jeruk Ciamis KM. 13

Warung Jeruk di Km. 13 Ciamis - Banjar
Setiap pergi ke suatu daerah aku seperti harus makan di warung atau rumah makan setempat. Aku termasuk orang yang jarang sekali makan di luar rumah. Aku lebih senang makan masakan istri tercinta daripada masakan warung. Makanya, pengalaman makan di warung/rumah makan adalah pengalaman langka sekali. Ketika jalan-jalan ke Ciamis-Banjar aku makan khas sunda yang nikmat sekali. Aku asli orang Jawa. Lidahku biasa makan masakan yang manis-manis. Waktu pertama kali aku ke tanah sunda, lidahku kaget juga makan-makanan khas sunda. Pertama, makanan sunda asin banget. "Apa garamnya orang sunda dengan garamnya orang jawa beda? Kok asin begini", pikirku. Kedua, lalapannya. Segala macam daun di makan oleh orang sunda. Ibaratnya semua macam daun bisa dimakan oleh orang sunda. Daun pintu dan daun jendela kalau lunak akan dimakan juga :). Tetapi sejalan dengan sang waktu, lidahku mulai menyesuaikan dengan masakan sunda. Sekarang aku suka makan lalapan khas sunda ini. Banyak daun yang aku suka, ada pokpohan, labu muda, kacang, dan daun-daun lainnya. Oleh karena itu ketika jalan-jalan ke Ciamis ini aku memilih makan di warung sunda.



Siap makan di warung jeruk. Mobil jalan pelan-pelan untuk mencari warung yang buka. Kami tidak tahu daerah ini, jadi makan di warung mana saja. Akhirnya pilihan kami jatuh pada sebuah warung di pinggir kota ciamis, tepatnya di Km. 13 ke arah Banjar. Warung Jeruk nama warung itu. Warungnya biasa-biasa saja seperti layaknya warung sunda. Masakannya juga biasa-biasa saja, ada pepes, ayam goreng, lalapan dan lain-lain. Waktu itu masih pagi, sekitar jam 6.30. Jadi ini sarapan pagi. Kami memesan ayam goreng. Di meja disediakan lalapan dan sambel. Lalapan yang ada seperti daun pokpohan, kacang panjang, terong muda, lenca, selada, daun seperti seledri, temu kunci, dan ada satu daun yang baru pertama kali ini aku temui. Tidak ada yang istimewa, seperti layaknya warung sunda pada umumnya. Ketika aku mulai makan baru keistimewaan warung ini terkuak. Lalapan-lalapan mengundang selera Pertama, adalah sambelnya. Memang yang membuat beda antar warung sunda adalah sambelnya. Sambelnya demikian khas, rasanya agak manis. Mungkin karena sudah dekat dengan jawa tengah jadi ikut-ikutan manis. Sambelnya sambel segar. Ada campuran tomat, cabe merah,dan cabe rawit. Trus seperti ada aroma terasinya. Sulit aku ceritakan rasanya. Air liurku sampai keluar lagi waktu aku menulis artikel ini.

Sambel yang super nikmat. Lalu ayam gorengnya. Dari rasanya, ayam ini jelas bukan ayam ras, tapi ayak kampung yang masih agak muda. Rasanya lunak dan gurih. Ayam kampung goreng plus sambel enak, klop deh..... Makan rasanya tidak lengkap kalau tanpa lalapan. Aku suka dengan lenca, kacang, pokpohan, dan selada. Nikmat baget deh. Satu yang agak asing bagiku, yaitu salah satu daun lalapannya. Daun ini baru pertama kali aku temui. Aku jadi penasaran untuk mencobanya. Bentuk daun ini panjang meruncing, permukaannya kasar, pinggirnya lurus. Rasanya benar-benar aneh. Kasap begitu. Tetapi tidak pahit atau 'langu'. Aku tanya pada pemilik warung, nama daun ini. Katanya daun ini adalah daun kadeundeun. Berkhasiat untuk orang yang sedang sakit batuk, tambahnya lagi.
 Daun kadeundeun, lalapan yang baru pertama kali aku makan. Ketika pulang kembali ke Bogor, aku sempatkan lagi makan malam di warung ini. Masih agak sore, sekitar jam 20.00 tetapi warungnya sudah mau tutup. 'Seep', katanya. Tetapi kami memaksakan diri untuk makan di warung itu. Makanan yang masih tersisa hanya dendeng dan ikat gabus. Tidak apalah, asalkan masih ada sambel cobek yang nikmat itu.
Pemilik dan pelayan warung yang ramah dan seuseurian. Kalau kebetulan Anda lewat daerah Ciamis - Banjar, tidak ada salahnya mencoba makan di warung ini.